Hubungan
Karyawan dengan Reward dan Insentif
Telah kita ketahui bahwa, peranan manusia (karyawan)
sangat penting dalam perusahaan. Manusia merupakan penggerak dari segala system
yang berjalan di dalam perusahaan untuk mencapai tujuan. Sehingga segala yang
berhubungan dengan mereka perlu mendapat perhatian.
Dalam dunia bisnis telah banyak metode yang digunakan
untuk menarik perhatian karyawan, sehingga akan mempengaruhi produktifitas
mereka agar lebih efektif dan efisien. Salah satu metode yang digunakan adalah
metode pemberian reward ( penghargaan atau pujian) dan insentif.
Heidjrachman Mengemukakan : "Insentif merupakan daya tarik yang menyebabkan
seseorang melakiukan sesuatu karena bisa mendapatkan imbalan yang memuaskan
kebutuhan". (Heidjrachman,1995,212)
Hubungan yang paling jelas antara kompensasi dan prestasi kerja adalah melalui
sistem insentif seperti yang dikemukakan Hani Handoko : "Istilah sistem insentif pada umumnya digunakan untuk menggambarkan rencana-rencana pembayaran upah yang dikaitkan secara langsung atau tidak langsung dengan berbagai standar produktivitas karyawan atau profitabilitas organisasi atau kedua kriteria tersebut. Oleh karena itu, para karyawan yang bekerja dibawah sistem insentif finansial berarti prestasi kerja mereka menentukan, secara keseluruhan atau sebagian penghasilan mereka". (Hani Handoko, 1996,176)
Hubungan yang paling jelas antara kompensasi dan prestasi kerja adalah melalui
sistem insentif seperti yang dikemukakan Hani Handoko : "Istilah sistem insentif pada umumnya digunakan untuk menggambarkan rencana-rencana pembayaran upah yang dikaitkan secara langsung atau tidak langsung dengan berbagai standar produktivitas karyawan atau profitabilitas organisasi atau kedua kriteria tersebut. Oleh karena itu, para karyawan yang bekerja dibawah sistem insentif finansial berarti prestasi kerja mereka menentukan, secara keseluruhan atau sebagian penghasilan mereka". (Hani Handoko, 1996,176)
Dengan diterapkannya system reward dan insentif,
perusahaan juga harus dapat memperkirakan kebutuhan dari karyawannya. Dengan
kebutuhan tersebutmampu memotivasi mereka untuk bekerja lebih giat sehingga dapat membantu memenuhi
kebutuhannya. Dengan kebutuhan yang terpenuhi tersebut akan menggerakkan
semangat kerja mereka, sehingga produktivitas mereka akan meningkat. Dan hal
ini merupakan harpan dari perusahaan.
A.
Budaya dan Kepemimpinan
Keberhasilan suatu perusahaan tidak luput dari factor lingkungan yang
mendukung untuk terlaksananya kerja efektif. Faktor lingkungan mendorong para
karyawannya untuk bekerja dengan penuh semangat dan mencapai tujuan yang
diharapkan oleh perusahaan.
Faktor lingkungan tidak terlepas dari budaya dan gaya kepemimpinan dari
pemimpinan perusahaan itu sendiri. Budaya organisasi merupakan
sistem penyebaran kepercayaan dan nilai-nilai yang berkembang dalam suatu
organisasi dan mengarahkan perilaku anggota-anggotanya. Budaya organisasi dapat
menjadi instrument keunggulan kompetitif yang utama apabila dapat mendukung
strategi organisasi dan dapat menjawab atau mengatasi permasalahan dengan cepat
dan tepat. (Soedjono,2005:23). Sedangkan kepemimpinan adalah Menurut
Hersey dan Blanchard dalam Robbins (2001) kepemimpinan adalah suatu proses
mempengaruhi kegiatan-kegiatan seseorang atau sekelompok orang dalam usaha
mencapai suatu tujuan dalam situasi tertentu. Gibson et.al (1999) memberikan
pengertian kepemimpinan (leadership) sebagai suatu upaya penggunaan jenis
pengaruh bukan paksaan untuk memotivasi orang-orang mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya
Hasibuan (2005) menyatakan kepemimpinan adalah cara seorang mempengaruhi
perilaku bawahan, agar mau bekerjasama dan bekerja secara produktif untuk
mencapai tujuan organisasi. Sejalan dengan Pandji Anoraga (2004) menyatakan
bahwa kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi aktivitas orang lain melalui
komunikasi, baik individual maupun kelompok ke arah pencapaian tujuan.
Kepemimpinan merupakan suatu proses mempengaruhi dan mengarahkan perilaku orang
lain, baik individu maupun kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam
kepemimpinan terdapat unsur-unsur seperti pimpinan, kelompok yang dipimpin,
sasaran, aktivitas, interaksi dan kekuatan. Kepemimpinan merupakan suatu
kemampuan yang melekat pada diri seorang yang memimpin yang tergantung dari macam-macam
faktor baik faktor-faktor intern maupun faktor-faktor ekstern (Winardi 2000).
Menurut Rivai (2004), kepemimpinan juga dikatakan sebagai
proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada
hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok. Tiga implikasi
penting yang terkandung dalam hal ini yaitu :
1.
Kepemimpinan itu melibatkan orang lain baik itu bawahan
maupun pengikut.
2. Kepeminpinan melibatkan pendistribusian
kekuasaan antara pemimpin dan anggota kelompok secara seimbang, karena anggota
kelompok bukanlah tanpa daya.
3. Adanya kemampuan untuk menggunakan
bentuk kekuasaan yang berbeda untuk mempengaruhi tingkah laku pengikutnya
melalui berbagai cara.
Pemimpin yang efektif dalam menerapkan
gaya tertentu dalam kepemimpinannya terlebih dahulu harus memahami siapa
bawahan yang dipimpinnya, mengerti kekuatan dan kelemahan bawahannya, dan
mengerti bagaimana cara memanfaatkan kekuatan bawahan untuk mengimbangi
kelemahan yang mereka miliki. Istilah gaya adalah cara yang dipergunakan
pimpinan dalam mempengaruhi para pengikutnya (Miftah Thoha, 2001).
Rumusan kepemimpinan dari sejumlah ahli
tersebut menunjukkan bahwa dalam suatu organisasi terdapat orang yang mempunyai
kemampuan untuk mempengaruhi, mengarahkan, membimbing dan juga sebagian orang
yang mempunyai kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar mengikuti
apa yang menjadi kehendak dari pada atasan atau pimpinan mereka. Karena itu,
kepemimpinan dapat dipahami sebagai kemampuan mempengaruhi bawahan agar terbentuk
kerjasama di dalam kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. Apabila
orang-orang yang menjadi pengikut atau bawahan dapat dipengaruhi oleh kekuatan
kepemimpinan yang dimiliki oleh atasan maka mereka akan mau mengikuti kehendak
pimpinannya dengan sadar, rela, dan sepenuh hati.
Kedua hal ini sangat berkaitan erat untuk
membentuk suatu lingkungan kerja yang efektif dan nyaman bagi para karyawan.
Ketika budaya dan gaya kepemimpinan itu tumbuh dan berkembang sesuai dengan apa
yang diharapakan oleh perusahan dan karyawan, maka hal ini akan menimbulkan
suatu dampak positif bagi perusahaan yaitu karyawan telah nyaman dengan
pekerjaan dan lingkungan dimana ia bekerja sehingga dapat menghasilkan suatu
kinerja yang memuaskan.
Selain itu, gaya kepemimpinan dapat
mempengaruhi semangat para karyawan. Gaya kepemimpinan dan budaya yang telah
tercipta akan mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh para manajer.
Ketika kepemimpinan berubah, bukan tidak mungkin budaya yang dulu akan berganti
dengan budaya yang baru, dan kemudian akan mempengaruhi kebijakan yang akan
timbul.
Bukan hanya kepemimpinan yang mampu mengubah
budaya serta kebijakan, namun perkembangan jaman juga akan mempengaruhi budaya.
Diantaranya adalah perubahan teknologi yang semakin maju atau berkembang, nilai
tukar mata uang yang tidak menentu, target perusahaan semakin tinggi. Hal-hal
ini mampu mengubah gaya kepemimpinan manajer, walaupun jabatan manajer tidak
berpindah tangan.
Kebijakan yang ada akan mempengaruhi semangat
karyawan untuk memberikan kinerja karyawan. Ketika kebijakan yang dibuat mampu
memotivasi karyawan, maka kinerja akan karyawan akan sesuai dengan yang
diharapkan oleh perusahaan, bernading terbalik jika kebijakan yang timbul tidak
sesuai dengan apa yang diharapkan karyawan, maka kinerja karyawan juga tidak
akan memuaskan namun hanya sekedar menggugurkan kewajiban semata. Kebijakan-kebijakan
yang timbul, diantaranya berkaitan dengan reward dan insentif yang diberikan
kepada karyawan.
B.
Proses Pelaksanaan
Strategi
Beberapa
macam skema sistem reward antara lain :
a.
Nilai
waktu
Sistem
ini mengacu kepada jumlah jam kerja. Nilai waktu dapat diklasifikasikan sebagai
dasar jam kerja, upah mingguan, atau gaji bulanan. Secara tradisional, pekerja pabrik menerima upah
mingguan, pekerja kantor menerima upah bulanan dan sebaliknya pekerja paruh
waktu menerima upah berdasarkan jam kerja.Keuntungannya adalah relatif mudah
dalam pengelolaan dan penyediaan biaya tenaga kerja yang diprediksikan,
sedangkan kerugiannya adalah sistem tidak menekankan pada kuantitas output yang
mengakibatkan menurunnya kualitas hasil kerja.
b.
Pengajian
berdasarkan hasil
Sistem
ini mengacu pada jumlah yang dihasilkana oleh karyawan. Karyawan akan mendapatkan upah berdasarkan banyak atau
tidaknya output yang dihasilkan. Ketikan output yang dihasilkan karyawan tinggi
maka upah yang akan diterima oleh karyawan juga akan tinggi, sedangkan jika
output yang dihasilkan oleh karyawan rendah maka upah yang didapatkan juga
rendah.
Sistem
upah ini sangat menguntung bagi karyawan yang bekerja dengan mengutamakan
kuantitas, seperti sales. Mereka akan menerima upah berdasarkan jumlah dari
produk yang mereka jual. Namun bagi karyawan yang lebih mengutamakan kualitas,
sistem upah ini sulit untuk dijalankan.
c.
Penggajian
berdasarkan Prestasi
Penggajian
berdasarkan prestasi (performance-related pay, PRP) tidak hanya
mempertimbangkan hasil-hasil atau output tetapi juga perilaku aktual dari
pekerjaan. Prestasi individu diukur berdasarkan sasaran-sasaran yang ditetapkan
sebelumnya atau dibandingkan dengan berbagai tugas yang sudah tersusun pada job
description. Namun, untuk mempergunakan sistem ini, diperlukan berbagai syarat
agar sistem reward berdasarkan prestasi berjalan efektif antara lain :
1.
Perlu
diadakannya percobaan untuk menghubungkan prestasi individu dengan sasaran
organisasi.
2.
Susunan
gaji harus cukup lebar untuk mengakomodasi perbedaan yang signifikan dalam gaji
pokok karyawan.
3.
Pengukuran
prestasi harus handal dan valid, dan harus menghubungkan proses penilaian
dengan gaji.
4.
Penilai
harus ahli dalam menetapkan standar prestasi dan alat melaksanakan penilaian.
5.
Budaya
organisasi harus mendukung.
6.
Paket
gaji yang diberikan harus kompetitif dan terbuka.
Beberapa keunggulan dari dipergunakan sistem ini
antara lain :
1.
Insentif
dihubungkan dengan target atau sasaran yang ada.
2.
Bila
prestasi karyawan dapat diukur dan adanya sistem reward yang berjalan baik,
maka prestasi akan cukup memotivasi usaha, dan uang akan dapat dihemat jika
organisasi menargetkan reward untuk mereka yang berprestasi.
3.
Gaji
terkait erat dengan usaha produktif, dan prestasi yang buruk tidak mendapat
tempat di dalam organisasi.
4.
Karyawan
menerima umpan balik yang bermanfaat atas prestasinya.
Beberapa kelemahannya antara lain :
1.
Reward
individual yang berpusat pada diri sendiri dapat merusak kerja sama dan kerja
tim.
2.
Pekerja
yang prestasinya buruk seolah-olah mendapat hukuman. Hal ini tidak
menguntungkan karena seharusnya organisasi melakukan upaya untuk memotivasi
kelompok ini agar mengembangkan prestasi mereka.
3.
Adanya
kecurigaan yang diakibatkan oleh penilaian yang dilakukan secara tertutup, atau
penilai tidak kompeten, tidak objektif, dll.
4.
Pertumbuhan
pengendalian manajerial atas bawahan diutamakan, dengan maksud mengisolasi
individu, hal ini dapat mempengaruhi kerja tim.
d.
Penggajian
berdasarkan keterampilan
Reward
berdasarkan keterampilan (skill-based pay) memberikan tekanan kepada input
meliputi keterampilan (keahlian) dan kompetensi yang diinjeksikan karyawan di
dalam pekerjaan. Sebelum sistem ini dijalankan, perlu dilakukan perencanaan
yang baik, jumlah konsultasi terbuka dan partisipasi karyawan, seperti
pelatihan yang ditujukan pada akuisisi keterampilan teknis dan keterampilan tim
kerja.
Nilai
yang harus dicatat dalam kaitannya dengan gaji berdasarkan keterampilan adalah
bahwa manajemen yang baik terletak dalam pemanfaatan reward untuk mendukung dan
mendorong perubahan perilaku yang diperlukan untuk mengimplementasikan
perubahan kontemporer dalam desain dan fungsi organisasi.
Reward berdasarkan
keterampilan, sebenarnya dalam kondisi tertentu dapat meningkatkan kinerja
karyawan, disamping dapat pula membuat karyawan frustrasi. Bagi karyawan yang
memang memiliki keterampilan yang dapat diandalkan, maka pemberian kompensasi
berdasarkan keterampilan akan dapat meningkatkan kinerja, sebaliknya bagi
karyawan yang tidak memiliki keterampilan dan tidak mempunyai kemampuan untuk
meningkatkan keterampilannya, maka sistem pemberian kompensasi ini dapat
mengakibatkan karyawan tersebut frustrasi.
Dalam pelaksanaanya,
insentif dapat digolongkan menjadi tiga jenis
insentif yang dapat dipakai oleh berbagai macam organisasi menurut Gany Dessler (1995,411) yang terdiri dari :
insentif yang dapat dipakai oleh berbagai macam organisasi menurut Gany Dessler (1995,411) yang terdiri dari :
1.
Financial lncentive
Setiap orang cenderung pada
finansial insentif, karena uang merupakan alat utama yang dapat membantu
manusia dalatn memenuhi kebutuhan pokok mereka.
Bentuk dari pemberian
insentif ini adalah:
a.
Bonus
Dalam pemberian bonus
sebagai insentif ini setiap orang akan memperolehnya berdasarkan hasil yang
dicapai perusahaan tanpa memperhitungkan upah aktual seseorang.
b.
Komisi
Adalah sejenis bonus yang
dibayarkan pihak yang menghasilkan penjualan yang melebihi standar. Kondisi ini
biasanya diberikan kepada pegawai bagian penjualan/marketing/salesman.
c.
Profit Sharing
Merupakan salah satu jenis
insentif yang tertua. Dalam hal pembayarannya terdiri dari bermacam-macam
bentuk, tetapi biasanya mencakup berupa sebagian dari laba yang disertakan ke
dalam suatu dana dan dimasukkan ke dalam daftar pendapatan setiap peserta.
d.
Pembayaran yang
ditangguhkan
Merupakan program balas
jasa yang mencakup pembayaran di kemudian hari.
2.
Non Finacial Incentive
Suatu ganjaran bagi pegawai
yang bukan berbentuk keuangan, dalam hal ini merupakan kebutuhan pegawai yang
bukan berwujud uang misalnya:
a.
Terjaminnya tempat kerja.
b.
Terjaminnya komunikasi yang
baik antara atasan dan bawahan.
c.
Adanya penghargaan berapa
ujian atau pengakuan atas hasil kerja yang baik.
3.
Social Incentive
Sosial insentif ini tidak
jauh berbeda dengan non financial incentive, tetapi sosial insentif lebih
cenderung pada keadaan dan sikap dari para rekan-rekan sekerjanya. Setelah
melihat uraian diatas mengenai jenis-jenis insentif, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa ketiga jenis insentif sama pentingnya, yaitu pada dasarnya
untuk mencapai kepuasan kerja bagi para pegawainya, karena dengan kepuasan
kerja, mereka akan melaksanakan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh.
Sedangkan menurut Sarwoto
insentif dibedakan menjadi dua golongan antara lain :
1.
Insentif Material antara
lain :
a.
Uang dan Barang Insentif yang berbentuk uang dan barang dapat diberikan dalam
berbagai macam, antara lain:
1)
Bonus
-
Uang yang dibayarkan
sebagai balas jasa atas hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan.
-
Dalam perasahaan yang
menggunakan system insentif lazimnya
beberapa persen dari laba yang melebihi jumlah tertentu dimasukkan
ke dalam sebuah dana dan kemudian jumlah tersebut dibagi-bagi
antara pihak yang akan diberikan bonus.
beberapa persen dari laba yang melebihi jumlah tertentu dimasukkan
ke dalam sebuah dana dan kemudian jumlah tersebut dibagi-bagi
antara pihak yang akan diberikan bonus.
2)
Komisi
Merupakan sejenis bomis yang dibayarkan kepada pihak bagian penjualan
yang menghasilkan penjualan yang baik.
Merupakan sejenis bomis yang dibayarkan kepada pihak bagian penjualan
yang menghasilkan penjualan yang baik.
3)
Profit Sharing
Salah Satu jenis insentif
yang tertua. Dalam hal pembayarannya dapat
diikuti bersama-sama pola, tetapi biasanya mencakup pembayaran berupa
sebagai dan hasil laba yang disetorkan ke dalam setiap peserta.
diikuti bersama-sama pola, tetapi biasanya mencakup pembayaran berupa
sebagai dan hasil laba yang disetorkan ke dalam setiap peserta.
a)
Jaminan sosial
Insentif yang diberikan
dalam bentuk jaminan sosial lazimnya diberikan secara kolektif, tidak ada unsur
kompetitif dan setiap pegawai dapat memperolehnya secara rata-rata dan
otomatis. Bentuk jaminan sosial diantaranya sebagai berikut:
·
Pemberian rumah dinas.
·
Pengobatan secara
Cuma-Cuma.
·
Kemungkinan untuk pembayaran
secara angsuran oleh pekerja atas barangbarang yang dibelinya dari Koperasi
organisasi.
·
Cuti sakit.
·
Biaya pindah.
2. InsentifNonMaterial
Insentif non material dapat
diberikan dalam berbagai bentuk :
a.
Pemberian gelar secara
resmi,
b. Pemberian
tanda jasa,
c. Pemberian
piagam penghargaan,
d. Pemberian
kenaikan pangkal atau jabatan.
Kedua bentuk insentif
tersebut sama pentingnya dan lazimnya kedua insentif
tersebut digunakan untuk saling melengkapi, tergantung kondisi dan kebutuhan pihak yang perlu dimotivasi, maka pelaksanaannya dapat dilakukan pada salah satu bentuk yang sesuai.
tersebut digunakan untuk saling melengkapi, tergantung kondisi dan kebutuhan pihak yang perlu dimotivasi, maka pelaksanaannya dapat dilakukan pada salah satu bentuk yang sesuai.
C.
Proses Penyusunan
Strategi
Berbagai pengaruh
perubahan yang terjadi menuntut organisasi untuk membuka diri terhadap tuntutan
perubahan dan berupaya menyusun strategi dan kebijakan yang selaras dengan
perubahan lingkungan bisnis dan akan bergantung pada kemampuan organisasi dalam
menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan. Artinya suatu organisasi mampu
menyusun strategi dan kebijakan yang ampuh untuk mengatasi setiap perubahan yang
terjadi. Oleh karena itu
organisasi perlu terus melakukan pengembangan SDM karena bagaimanapun dept SDM
merupakan mitra dept lain dalam pengembangan SDM. Beberapa dimensi peran perilaku
karyawan yang diperlukan untuk mendukung penerapan strategi sumber daya manusia
adalah sebagai berikut :
1.
Strategi inovasi, perilaku karyawan yang diperlukan adalah tingkat kreativitas tinggi,
berfokus pada jangka panjang, mempunyai tingkat kerjasama yang tinggi, perilaku
mandiri,cukup memiliki perhatian pada kualitas dan kuantitas,seimbang dalam
orientasi proses dan hasil,penerimaan resiko pada tingkat yang lebih tinggi
serta toleransi yang cukup tinggi terhadap ketidakpastian. Sebagai
implikasinya,dalam mengelola karyawan sebaiknya memberikan sedikit pengawasan,memilih
karyawan yang mempunyai keterampilan tinggi,memberikan sumberdaya yang lebih
banyak untuk bereksperimen dan melakukan penilaian kinerja jangka panjang.
2.
Strategi kualitas, perlu didukung dengan profil perilaku karyawan sebagai berikut: perilaku
yang relatif berulang dan dapat diprediksi, berfokus pada jangka menengah,
cukup mau melakukan kerjasama, perilaku mandiri,perhatian yang tinggi terhadap
kualitas,fokus tinggi terhadap proses, kurang berani mengambil resiko dan cukup
komitmen terhadap tujuan organisasi. Sebagai implikasinya, karena strategi
kualitas melibatkan komitmen dan pemamfaatan karyawan secara lebih besar, maka
organisasi hanya membutuhkan sedikit karyawan untuk lebih besar, maka
organisasi hanya membutuhkan sedikit karyawan untuk membuat output yang sama
atau standar.
3.
Strategi pengurangan biaya, diperlukan perilaku karyawan yang relatif berulang dan dapat diprediksi,
berfokus jangka pendek,lebih mengutamakan pada kegiatan individu dan
otomatisasi, cukup memberikan perhatian kualitas, perhatian terhadap kuantitas
output lebih tinggi,kurang berani menanggung resiko dan lebih menyukai kegiatan
yang bersifat stabil. Sebagai implikasinya, perusahaan akan banyak menggunakan
tenaga kerja yang part time, sub kontrak, menyederhanakan pekerjaan
dan prosedur pengukuran,melakukan otomatisasi,perubahan aturan kerja dan
fleksibelitas penugasan.
Sumber daya manusia akan
menentukan keberhasilan pelaksanaan kegiatan perusahaan. Pentingnya peranan
sumber daya manusia tercermin dari kebutuhan perusahaan untuk membuat strategi manajemen, sumber daya
manusia sejajar dengan pentingnya strategi di bidang lainya. Dalam mencapai
tujuan perusahaan, dibutuhkan sumber daya manusia (karyawan) yang berkualitas.
Kualitas atau kinerja karyawan harus selalu dipelihara dan ditingkatkan,salah
satu caranya adalah dengan penerapan reward.
Dengan
menerapkan strategi reward pada perusahaan, dapat membuat para karyawan
semangat dalam bekerja dan berlomba-lomba menunjukkan kemampuan serta prestasi
yang dimiliki.
Menurut
Prof.Dr.Sondang P.Siagian, MPA dalam bukunya,”Manajemen Sumber Daya Manusia”
Peranan imbalan bagi kepegawaian meliputi :
1.
Sistem
imbalan harus mempunyai daya tarik bagi tenaga kerja yang berkualitas tinggi
untuk bergabung dengan organisasi.
2.
Sistem
imbalan harus merupakan daya tarik kuat
untuk mempertahankan tenaga kerja yang sudaah berkarya dalam organisasi.
3.
Sistem
imbalan yang mengandung prinsip keadilan.
4.
Menghargai
perilaku positif.
5.
Pengendalian
pembiayaan.
6.
Kepatuhan
kepada peratutan perundang-undangan.
7.
Terciptanya
administrasi pengupahan dan penggajian yang berdaya guna dan berhasil guna.
Jadi, Karena setiap organisasi
saling bersaing dengan organisasi lainnya, maka suatu organisasi harus merekrut
tenaga kerja yang berkualitas. Dengan berkualitasnya tenaga kerja tersebut
dapat menunjang semangat kerja bagi para organisasinya. Tentunya, organisasi
tersebut dapat lebih unggul dari organisasinya. Maka suatu organisasi tersebut
harus memberikan imbalan kepada para karyawannya dengan memberikan reward.
Harapannya reward tersebut dapat memberikan pengaruh atau daya tarik positif
bagi kualitas karyawan dan kualitas organisasi tersebut agar tetap unggul,
serta suatu organisasi dalam memberikan rewardnya tidak melenceng dan harus
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku pada organisasi
tersebut.
Thanks infonya. Oiya bicara bonus, banyak loh orang memakai bonus untuk foya-foya. Padahal, bonus yang didapat bisa dipakai untuk hal-hal yang lebih bermanfaat, bahkan menambah penghasilan. Yuk, cek selengkapnya di sini: Tips manfaatkan bonus akhir tahun
ReplyDeleteSangat bermanfaat dan membantu sekali http://www.presentercantik.com/2018/06/kredit-tanpa-agunan-apakah-itu.html
ReplyDelete