BAB I
PENDAHULUAN
I.
Pengenalan
Etika Bisnis
Salah satu aspek yang sangat
populer dan perlu mendapat perhatian dalam dunia bisnis ini adalah norma dan
etika bisnis. Sebelum kita membahas tentang etika bisnis, perlu kita ketahui
terlebih dahulu tentang pengertian etika. Etika berasal dari bahasa Yunani
kuno, yaitu ethos yang berarti : kebiasaan/adat, akhlak, watak, perasaan,
sikap, cara berpikir. Menurut Drs. O. P. SIMORANGKIR “etika atau etik
sebagai pandangan manusia dalam berperilaku menurut ukuran dan nilai yang
baik”. Etika bisnis terkait dengan
masalah penilaian terhadap kegiatan dan perilaku bisnis yang mengacu pada
kebenaran atau kejujuran berusaha (bisnis). Kebenaran di sini yang dimaksud
adalah etika standar yang secara umum dapat diterima dan diakui
prinsip-prinsipnya baik oleh masyarakat,perusahaan dan individu. Etika pada
dasarnya adalah suatu komitmen untuk melakukan apa yang benar dan menghindari
apa yang tidak benar. Oleh karena itu, perilaku etika berperan melakukan ‘apa
yang benar’ dan ‘baik’ untuk menentang apa yang ‘salah’ dan ‘buruk’.
Etika bisnis dapat didefinisikan
sebagai prinsip – prinsip dalam organisasi yang menjadi pedoman dalam
pengambilan keputusan dan perilaku. Etika bisnis yang baik merupakan salah satu
pra-syarat bagi manajemen strategis yang baik; etika baik sama dengan binis
yang baik! (Fred R. David, 2009 : 31). Dengan memegang teguh etika atau moral
bisnis yang ada bisnis kita akan berjalan dengan baik, karena dengan memiliki
etika kita dapat bersaing dengan perusahaan lain tanpa menyakiti pihak manapun.
Etika telah berkembang di kehidupan masyarakat, jika kita dapat
mempergunakannya dengan baik maka etika kita akan memberikan dampak yang
positif terhadap bisnis kita dan perusahaan orang lain.
Etika bisnis dalam perusahaan
memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk membentuk suatu perusahaan yang
kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan
nilai (value-creation) yang tinggi, diperlukan suatu landasan yang kokoh.
Selain itu, etika bisnis sangat penting untuk mempertahankan loyalitas pemilik
kepentingan dalam membuat keputusan dan memecahkan persoalan perusahaan.
II.
Standar
Etika
Etika Bisnis dapat menjadi standar
dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai
pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang
luhur, jujur, transparan dan sikap yang profesional.
Menurut Von der Embse dan R.A.
Wagley dalam artikelnya di Advance Managemen Journal (1988), memberikan tiga
pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu :
a. Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat member manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
b. Individual Rights Approach : setiap orang
dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain.
c. Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara perseorangan ataupun secara kelompok.
III.
Strategi
Perusahaan dan Etika
Strategi merupakan pilihan pola
tindakan atau rencana tentang apa yang ingin dicapai perusahaan dan hendak
menjadi apa suatu organisasi di masa yang akan datang dengan mengintegrasikan
tujuan-tujuan, kebijakan-kebijakan serta bagaimana cara mencapai keadaan yang
diinginkan tersebut dengan mengalokasikan sumber daya yang dirancang untuk
mencapai tujuan tersebut.
Strategi merupakan suatu kegiatan
komprehensif yang menentukan petunjuk dan pengarahan yang kritis terhadap
pengalokasian sumber daya untuk mencapai sasaran jangka panjang organisasi.
Dalam prakteknya pilihan strategi merupakan sesuatu yang kompleks dan tugas
yang berisiko. Beberapa strategi organisasi diharapkan dapat menghadapi
lingkungan yang kompetitif. Disini manajer merencanakan buaran kekuatan dan
kelemahan organisasi dengan kesempatan dan ancaman di lingkungnya.
Tingkat Strategi Dalam Organisasi
Strategi
seharusnya dapat mendukung pencapaian misi dan tujuan organisasi. Dalam
pelaksanaannya mereka harus mengaplikasikannya pada berbagai tingkatan dalam
organisasi dan memilih variasi strategi dengan baik. Berikut ini tiga tingkatan
strategi yang dapat ditemukan dalam organisasi : strategi korporasi, strategi
bisnis dan strategi fungsional.
a. Strategi Korporasi
Strategi
korporasi dirumuskan oleh manajemen puncak untuk mengendalikan kepentingan dan
operasi perusahaan yang memiliki lebih dari satu lini usaha. Tujuan strategi
korporasi mengarahkan pengalokasian sumber daya untuk perusahaan secara total.
Keputusan strategi berhubungan dengan penggunaan sumber daya untuk melakukan
akuisisi, pengembangan bisnis baru, kemitraan, operasi global atau pelepasan.
b. Strategi unit bisnis
Strategi
unit menyangkut kepentingan dan operasi bisnis unit tertentu. Secara khusus
keputusan strategi unit bisnis meliputi pemilihan bauran produk, fasilitas
lokasi atau teknologi baru dan sebagainya. Strategi ini berupaya menentukan
pendekatan apa yang sebaiknya diambil unit bisnis itu untuk pasarnya dan
bagaimana seebaiknya bisnis dilakukan dengan sumber daya dan kondisi pasarnya.
c. Strategi tingkat fungsional
Strategi
tingkat fungsional mengarahkan kegiatan dalam bidang fungsional (keuangan,
pemasaran, penelitian dan pengembangan, SDM, produksi) untuk beroperasi yang
mendukung setiap unit bisnis.
Tabel
1.1
Tipe
Strategi Alternatif
|
Definisi dan contoh Strategi Alternatif
|
||
|
Strategi
|
Definisi
|
Contoh di Tahun 2003
|
|
Integrasi
kedepan
|
Mencari
kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas distributor atau pengecer
|
Pembuat
boneka dan penjual barang melalui pos, Pleasant Co., baru saja membuat gerai
ritel di
Manhattan
|
|
Integrasi
kebelakang
|
Mencari
kepemilikan atau
meningkatkan
kontrol atas pemasok perusahaan
|
Mcdonald’s
mengakuisisi
produsen
gelas kertas
|
|
Integrasi
horizontal
|
Mencari
kepemilikan atau
meningkatkan
kontrol atas pesaing
|
Callaway golf
mengakuisisi
top-flite
Golf Company
|
|
Penetrasi
Pasar
|
Meningkatkan
pangsa pasar untuk
produk/jasa
saat ini di pasar melalui upaya pemasaran yang lebih besar
|
SABMiller
Plc menghabiskan $500 juta tahun 2003 untuk
memasarkan
bir merek Miller
|
|
Pengembangan
Pasar
|
Memperkenalkan
produk/jasa saat
ini ke
area geografis yang baru
|
Maskapai
penerbangan JetBlue menambahkan puluhan rute baru
|
|
Pengembangan
Produk
|
Meningkatkan
penjualan memlalui
perbaikan
produk/jasa saat ini atau
mengembangkan
produk/jasa baru
|
GM
mengembangkan mobil bertenaga Hidrogen atau Pfizer mengembangkan pil anti
merokok baru
|
|
Diversifikasi
Konsentrik
|
Menambahkan
produk/jasa baru
yang masih
berkaitan dengan
produk/jasa
lama
|
Microsoft
meluncurkan PC
pertamanya
yang juga
berfungsi
sebagai sarana
hiburan
|
|
Diversifikasi
Konglomerat
|
Menambahkan
produk/jasa baru
yang tidak
berkaitan dengan
produk/jasa
lama
|
Penyewaan
video Blockbuster mungkin akan mengakuisisi perusahaan pemasar langsung DVD
dan musik, Columbia House
|
|
Diversifikasi
Horizontal
|
Menambahkan
produk/jasa baru,
yang tidak
berkaitan, kepada
pelanggn
saat ini
|
Viacom
mengakuisisi Comedy Central, saluran TV Cabel komedi yang dikenal dengan the
man show dan the daily show
dari AOL
|
|
Retrenchment
|
Mengelompokkan
ulang melalui
pengurangan
biaya dan aset terhadap penurunan penjualan dan laba
|
America
West airlanes menutup hu-nya di Columbus, Ohio, dan
memecat
390 orang karyawannya
|
|
Divestasi
|
Menjual
satu divisi atau bagian
Perusahaan
|
ConocoPhilips
menjual jaringan gerai circle K-nya kepad perusahaan kanada, alimentation
Couche-Tard
|
|
Likuidasi
|
Menjual
seluruh aset perusahaan, sepotong sepotong untuk nilai riilnya
|
Sprint
melikuidasi divisi Web-hosting-nya
|
Sumber
1.
Strategi
Integrasi
Integrasi ke depan, integrasi ke
belakang, dan integrasi horizontal kadang-kadang bersama-sama disebut sebagai
integrasi vertikal. Strategi integrasi vertikal memungkinkan sebuah perusahaan
untuk mendapatkan kontrol atas distributor, pemasok, dan atau pesaing.
a.
Integrasi ke depan
Integrasi ke depan melibatkan
akuisisi kepemilikan atau peningkatan kontrol atas distributor atau pengecer.
Saat ini semakin banyak produsen (pemasok) yang menjalankan strategi integrasi
ke depan dengan membuat situs web untuk menjual produk secara langsung kepada
konsumen. Strategi ini menyebabkan kekacauan di beberapa industri. Sebagai
contoh, Dell Computer mulai menjalankan integrasi ke depan di tahun 2003 dengan
membuat toko-di dalam-toko di Sears. Strategi ini melengkapi kios di mall milik
Dell yang memungkinkan pelanggan untuk melihat dan mencoba computer Dell
sebelum mereka membeli. Tidak satu pun dari kios di mall dan toko-di-dalam-toko
milik Dell yang menyimpan persediaan komputer. Pelanggan akan tetap memesan
Dell secara eksklusif melalui telepon atau internet yang merupakan secara
historis membedakan Dell dengan perusahaan komputer lain.
Cara efektif mengimplementasikan
integrasi ke depan adalah waralaba (franchising). Sekitar 2000
perusahaan di kira-kira 50 industri yang berbeda di AS menggunakan waralaba
untuk mendistribusikan produk dan jasa mereka. Bisnis dapat berekspansi secara
cepat dengan waralaba karena biaya dan peluang tersebar di banyak individu.
Berikut panduan kapan integrasi ke depan bisa menjadi strategi yang efektif:
a.
Ketika distributor perusahaan saat
ini sangat mahal, atau tidak dapat diandalkan, atau tidak mampu memenuhi
kebutuhan perusahaan.
b.
Ketika ketersediaan distributor yang
berkualitas sangat terbatas sehingga memberikan keunggulan kompetitif kepada
perusahaan yang berintegrasi ke depan.
c.
Ketika sebuah organisasi bersaing
dalam industri yang bertumbuh dan diharapkan akan terus bertumbuh secara pesat,
hal tersebut merupakan faktor pencetus karena integrasi ke depan menurunkan
kemampuan organisasi untuk berdiversifikasi jika industri dasarnya tidak
stabil.
d.
Ketika suatu organisasi memiliki
sumber daya modal dan manusia yang dibutuhkan untuk mengelola bisnis baru dalam
mendistribusikan produknya sendiri.
e.
Ketika keuntungan dari produksi yang
stabil sangat tinggi.
f.
Ketika distributor atau pengecer
saat ini memiliki margin laba yang tinggi
b.
Integrasi ke Belakang
Integrasi ke belakang adalah strategi untuk mencari kepemilikan atau
meningkatkan kontrol atas pemasok perusahaan. Strategi ini sangat cocok ketika
pemasok perusahaan saat ini tidak dapat diandalkan, terlalu mahal atau tidak
dapat memenuhi kebutuhan perusahaan. Berikut ini panduan kapan integrasi ke
belakang bisa dijadikan strategi yang efektif:
a)
Ketika pemasok perusahaan saat ini
sangat mahal, atau tidak dapat diandalkan atau tidak mampu memenuhi kebutuhan
perusahaan.
b)
Ketika jumlah pemasok sedikit dan
jumlah pesaing banyak.
c)
Ketika suatu organisasi bersaing
dalam industri yang tumbuh dengan cepat.
d)
Ketika suatu organisasi memiliki
sumber daya manusia dan modal untuk mengelola bisnis baru yang memasok bahan
bakunya sendiri.
e)
Ketika manfaat dari kestabilan harga
sangat penting.
f)
Ketika pemasok saat ini memiliki
margin laba yang tinggi, ini mengisyaratkan bahwa bisnis memasok produk atau
jasa pada industri tersebut merupakan usaha yang menjanjikan.
g)
Ketika suatu organisasi perlu
membeli sumber daya yang dibutuhkan dengan cepat.
c.
Integrasi Horizontal
Integrasi horizontal mengacu pada strategi yang mencari kepemilikan atau
meningkatkan kontrol atas pesaing perusahaan. Salah satu tren yang paling
signifikan dalam manajemen strategis saat ini adalah meningkatnya penggunaan
integrasi horizontal sebagai strategi pertumbuhan. Merger, akuisisi, dan
pengambilalihan antar pesaing memungkinkan meningkatnya skala ekonomi dan
mendorong transfer sumber daya dan kompetensi. Berikut panduan kapan integrasi
horizontal bisa menjadi strategi yang efektif:
a)
Ketika perusahaan bisa mendapatkan
karakteristik monopolistik dalam area atau daerah tertentu tanpa ditentang oleh
pemerintah atas upaya besar-besaran untuk mengurangi persaingan.
b)
Ketika perusahaan bersaing dalam
industri yang berkembang.
c)
Ketika meningkatnya skala ekonomi
memberikan keunggulan kompetitif yang besar.
d)
Ketika perusahaan memiliki talenta
manusia dan modal yang dibutuhkan untuk mengelola organisasi yang berkembang
dengan sukses.
e)
Ketika pesaing kebingungan karena
kurangnya keahlian atau memiliki kebutuhan atas sumber daya tertentu yang
dimiliki oleh perusahaan.
2.
Strategi
Intensif
Kelompok
strategi ini disebut sebagai strategi intensif
karena mensyaratkan berbagai upaya yang intensif untuk
meningkatkan posisi kompetitif perusahaan dengan produk yang ada. Kelompok
strategi ini meliputi tiga strategi, yaitu:
a.
Strategi Penetrasi Pasar (Market
Penetration Strategy)
Strategi ini dijalankan untuk meningkatkan market
share dari produk yang ada saat ini
pada pasar yang ada saat ini melalui
usaha-usaha pemasaran yang lebih gencar. Strategi
penetrasi pasar paling sering digunakan dan
dikombinasikan dengan strategi lain. Cara melaksanakan
strategi penetrasi pasar dengan mengkombinasikan pemasaran promosi dan
harga, yaitu melalui antara lain menaikkan
jumlah tenaga penjualan, meningkatkan anggaran iklan,
menawarkan secara gencar berbagai item promosi
penjualan, atau bahkan meningkatkan aktivitas
publisitas. Efektifitas strategi penetrasi pasar
tergantung pada beberapa faktor, antara lain:
1)
Pasar belum jenuh.
2)
Tingkat pemakaian pelanggan saat ini
dapat ditingkatkan secara signifikan.
3)
Market share pesaing
turun, tetapi penjualan industri naik.
4)
Kenaikan skala ekonomi berdampak
pada keunggulan kompetitif.
5)
Ada korelasi
positif signifikan antara kenaikan penjualan
dengan kenaikan biaya pemasaran.
Contoh
strategi penetrasi pasar (Market Penetration Strategy) :
1)
HM Sampoerna melakukan aktivitas
pemasaran dan promosi yang intensif dan besar-besaran untuk produk rokok merk
A- Mild Sampoerna.
2)
Coca-Cola menerapkan
strategi penetrasi pasar untuk meningkatkan
pangsa pasar dengan melakukan upaya pemasaran
yang lebih besar. Untuk mendukung strategi tersebut,
Coca-Cola berusaha menciptakan suatu tren dan
membuat iklan yang unik dan kreatif.
Sebagai contoh nyatanya, Cola-Cola meluncurkan
iklan ”Coca-Cola Brrrrrrr…”. Dilihat dari iklan ini, Coca-Cola ingin
menciptakan suatu image bahwa dengan minum Coca-Cola bisa
membuat konsumen menjadi lebih bersemangat.
b.
Strategi Pengembangan Pasar (Market
Development Strategy)
Memperkenalkan produk yang ada saat ini
pada pasar baru (new market). Strategi
pengembangan pasar ke new market ini dijalankan dengan
memperluas area geografi baru, menambah segmen baru, mengubah
dari bukan pemakai menjadi pemakai, menarik
pelanggannya pesaing. Beberapa pedoman yang
akan membuat strategi pengembangan pasar efektif:
1)
Saluran distribusi baru lebih andal,
murah, berkualitas bagus.
2)
Pasar belum jenuh.
3)
Ada kelebihan kapasitas produksi.
4)
Industri dasar menjadi global secara
cepat.
Contoh
pengembangan pasar (Market Development Strategy) :
a)
PT. Carrefour Indonesia
membuka berbagai gerai ritel barunya di
berbagai kota besar di Indonesia. Saat ini
Carrefour telah memiliki 30 toko di Indonesia.
b)
PT. Garuda
Indonesia membuka berbagai rute penerbangan baru
baik domestik maupun mancanegara antara lain rute
Jakarta-Tanjung Karang, Jakarta-Malang dan Jakarta-Kendari
serta Yogyakarta - Singapore dan Denpasar-Hong Kong.
c.
Strategi Pengembangan Produk (Product
Development Strategy)
Merupakan strategi yang dijalankan untuk
menaikkan penjualan dengan memperbaiki atau
memodifikasi produk yang ada saat ini.
Menjalankan strategi ini berarti melibatkan
pengeluaran biaya penelitian dan pengembangan
yang besar. Pedoman yang harus dijalankan agar strategi
pengembangan produk efektif adalah :
1)
Produk berada pada tahap kedewasaan
dari daur hidup produk.
2)
Industri dicirikan oleh pengembangan
teknologi yang cepat.
3)
Pesaing menawarkan kualitas produk
yang lebih baik pada harga yang bersaing.
4)
Persaingan yang tajam dalam industri
yang sedang tumbuh pesat.
5)
Kemampuan yang kuat dibidang
penelitian dan pengembangan.
Contoh
pengembangan produk (Product Development Strategy) :
1)
PT. Unilever
Indonesia mengembangkan produk Pepsodent dengan beberapa
varian.
2)
PT. TELKOM telah
melakukan pengembangan pelayanan, dari jasa PSTN
menuju hingga jasa Narrowband ISDN dan
Intelligent Networks.
3.
Strategi
Diversifikasi
Ada tiga
tipe umum dari strategi diversifikasi, yaitu konsentrik (terfokus), horizontal,
dan konglomerat.
a.
Diversifikasi Konsentrik
Menambah produk atau jasa baru, tetapi berhubungan, secara umum disebut
diversifikasi konsentrik atau terfokus. Dell computer menjalankan diversifikasi
konsentrik dengan memproduksi dan memasarkan elektronik untukkonsumen seperti
televise layar datar dan MP3 player. Juga, Dell baru-baru ini membuka took
untuk mengunduh music secara online. Ini adalah contoh strategi diversifikasi
konsentrik untuk Dell, karena perusahaan melihat bisnis PC menjadi lebih
terikat dengan bisnis hiburan karena keduanya menjadi lebih digital. Berikut
adalah panduan kapan diversifikasi konsentrik bisa menjadi bisnis efektif:
1)
Ketika suatu organisasi bersaing
dalam industri yang tidak tumbuh atau tumbuh lambat.
2)
Ketika penambahan produk yang baru,
tetapi berkaitan, akan secara signifikan mendorong penjualan produk saat ini.
3)
Ketika produk yang baru, tetapi
berkaitan, dapat ditawarkan pada harga yang sangat kompetitif.
4)
Ketika produk baru, tetapi
berkaitan, memiliki tingkat penjualan musiman yang menyeimbangkan puncak dan
lembah penjualan yang dimiliki organisasi saat ini.
5)
Ketika produk perusahaan saat ini
berada pada tahap penurunan dari siklus hidup produk.
6)
Ketika perusahaan memiliki tim
manajemen yang kuat.
b.
Diversifikasi Horizontal
Menambahkan produk atau jasa baru, yang tidak berkaitan, untuk pelanggan
saat ini disebut diversifikasi horizontal. Strategi ini tidak seberesiko
diversifikasi konglomerat karena perusahaan seharusnya sudah lebih dikenal
dengan pelanggan saat ini. Berikut strategi kapan diversifikasi horizontal bisa
menjadi strategi yang efektif:
1)
Ketika pendapatan yang dihasilkan
dari produk atau jasa perusahaan saat ini akan meningkat secara signifikan
dengan penambahan produk yang tidak berkaitan.
2)
Ketika suatu organisasi bersaing
dalam industry yang sangat kompetitif dan atau tidak tumbuh, seperti
diindikasikan oleh hasil dan margin laba industri yang rendah.
3)
Ketika jalur distribusi organisasi
saat ini dapat digunakan untuk memasarkan prosuk baru ke pelanggan saat ini.
4)
Ketika produk baru memiliki pola
penjualan dengan produk perusahaan saat ini.
c.
Diversifikasi Konglomerat
Menambah produk atau jasa baru, yang tidak berkaitan, disebut diversifikasi
konglomerat. Berikut enam panduan kapan diversifikasi konglomerat bisa menjadi
strategi efektif:
1)
Ketika industri dasar perusahaan
mengalami penurunan penjualan dan laba.
2)
Ketika perusahaan memiliki modal dan
talenta manajerial yang dibutuhkan untuk bersaing di industri baru.
3)
Ketika perusahaan memiliki peluang
untuk membeli bisnis yang tidak berkaitan yang merupakan peluang investasi yang
menarik.
4)
Ketika ada sinergi keuangan antara
perusahaan pembeli dan yang dibeli.
5)
Ketika pasar produk perusahaan saat
ini sudah jenuh.
6)
Ketika tuduhan tindakan monopoli
dapat dikenakan terhadap perusahaan yang secara historis berfokus pada satu
industri
General
Elektrik (GE) merupakan perusahaan terbaik yang didiversifikasi secara ketat,
GE membuat lokomotif, bola lampu, pabrik-pabrik daya, dan kulkas, GE Mengelola
lebih banyak kartu kredit daripada American Express, GE memiliki pesawat yang
lebih komersil dibanding American Airlines.
4.
Strategi
Defensif
a.
Retrechment
Retrechement terjadi jika suatu organisasi
mengelompokkan ulang melalui pengurangan kas dan biaya untuk membalikkan
penjualan dan laba yang menurun. Retrechment didesain
untuk memperkuat kompetensi dasar organisasi yang unik. Selama retrenchment,
penyusunan strategi bekerja dengan sumber daya yang terbatas dan menghadapi
tekanan dari pemegang saham, karyawan, media. Retrenchmentdapat
melibatkan penjualan tanah dan gedung untuk meningkatkan kas, memotong lini
produk, menutup bisnis yang labanya sangat tipis, menutup pabrik yang tua dan
kuno, mengotomatisasi proses, mengurangi jumlah karyawan, dan menetapkan system
kontrol pengeluaran.
Berikut panduan kapan retrenchment bisa menjadi strategi yang efektif:
1)
Ketika perusahaan memiliki
kompetensi yang uni tetapi gagal untuk mencapai tujuannya secara konsisten dari
waktu ke waktu.
2)
Ketika perusahaan adalah salah satu
dari pesaing yang paling lemah di industry.
3)
Ketika perusahaan terbebani oleh
ketidakefisienan, profitabilitas yang rendah, moral karyawan yang rendah, dan
tekanan dari pemegang saham untuk memperbaiki kinerja.
4)
Ketika perusahaan gagal untuk
memanfaatkan peluang ekternal, meminimalkan ancaman ekternal, mengambil
keuntungan dari kekuatan internal, dan mengatasi kelemahan internal sepanjang
waktu.
5)
Ketika perusahaan telah berkembang
sedemikian besar dalam waktu cepat sehingga diperlukan reorganisasi internal
besar-besaran.
b.
Divestasi
Menjual satu divisi atau bagian dari suatu organisasi disebut divestasi.
Divestasi dapat menjadi bagian dari keseluruhan strategi retrenchment
untuk menyingkirkan bisnis perusahaan yang tidak menguntungkan, yang
membutuhkan terlalu banyak modal atau yang tidak cocok dengan aktivitas
perusahaan lainnya.
Berikut panduan kapan strategi divestasi bisa menjadi strategi yang
efektif:
1)
Ketika perusahaan telah melakukan
retrechement dan gagal untuk mencapai perbaikan yang diharapkan.
2)
Ketika sebuh divisi tidak cocok
dengan keseluruhan organisasi.
3)
Ketika tindakan antimonopoli
pemerintah mengancam perusahaan
c.
Likuidasi
Menjual seluruh aset perusahaan, secara terpisah-pisah atau sepotong-sepotong
untuk nilai rill disebut likuidasi. Likuidasi adalah pengakuan atas kekalahan,
konsekuensinya dapat menjadi strategi yang sulit secara emosional.
Berikut ini panduan kapan divestasi bisa menjadi strategi efektif:
1)
Ketika perusahaan menjalankan
strategi retrechment dan divestasi, dan tidak satu pun yang berhasil.
2)
Ketika alternatif bagi perusahan
hanyalah kebangkrutan.
3)
Ketika pemegang saham perusahaan
dapat meminimalkan kerugian dengan menjual aset-aset perusahaan.
Dari
beberapa strategi di atas, etika bisnis yang dapat diterapkan dalam organisasi
bisnis yaitu etika individu pemimpin, etika para pegawai, dan etika organisasi.
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan yang meliputi :
1.
Etika organisasi bisnis terhadap konsumen, seperti promosi harus jujur,
produk yang dijual sesuai dengan kemasan yang tertulis.
2.
Etika organisasi bisnis dengan karyawan, seperti penggajian dilakukan
secara transparan, promosi karyawan dilakukan secara terbuka dan saat dilakukan
PHK harus diberi pesangon.
3.
Etika antar organisasi bisnis (pesaing), seperti tidak melakukan
penyerobotan tenaga kerja, melakukan persaingan secara sehat dan promosi tidak
saling menjatuhkan.
4.
Etika organisasi bisnis dengan investor, seperti tidak menerbitkan saham
atau obligasi fiktif.
5.
Etika organisasi bisnis dengan lembaga-lembaga, seperti tidak menghindari
pembayaran pajak, dan tidak menyalah gunakan ijin yang telah diberikan lembaga.
IV.
Etika
dan Pelaku Bisnis
Dalam
suatu bisnis, terdapat beberapa pelaku bisnis yaitu :
1. Lingkungan
Bisnis
Lingkungan
Bisnis adalah segala sesuatu yang mempengaruhi aktivitas bisnis suatu
organisasi atau perusahaan. Lingkungan bisnis terdiri dari lingkungan internal
dan lingkungan eksternal. Lingkungan internal misalnya tenaga kerja, modal,
bahan baku, peralatan, dll. Sedangkan lingkungan eksternal misalnya konsumen,
pemasok, pemerintah, kreditor, publik/masyarakat, dll.
2. Organisasi
Organisasi
adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah yang memiliki tujuan bersama. Secara umum, anggota
organisasi itu sendiri saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya (proses
interaktif).
3. Individu
Seseorang
yang memiliki filosofi moral, dalam bekerja dan berinteraksi dengan sesama akan
berperilaku etis. Prinsip-prinsip yang diterima secara umum dapat
dipelajari/diperoleh dari hasil interaksi dengan teman, famili, kenalan. Dalam
bekerja, individu harus memiliki tanggung jawab moral terhadap hasil
pekerjaannya dengan menjaga kehormatan profesinya. Bahkan beberapa profesi
memiliki kode etik tertentu dalam pekerjaan. Seperti misalnya, dokter,
apoteker, bankir.
Berikut
ilustrasi dari beberapa pelaku bisnis tersebut:
|
Lingkungan Bisnis
|
|
Filosofi Moral Individu
|
|
Perilaku
|
|
Organisasi
|
Sumber
: Pengantar Bisnis (Dasar-Dasar Ekonomi Perusahaan)
Gambar 1.1
Murti Sumarni, John Soeprihanto, 1999 :
24
Keterangan :
Individu yang memiliki filosofi moral dalam bekerja
akan berperilaku etis dan bertanggung jawab terhadap hasil pengerjaannya. Jika
individu berperilaku seperti itu maka organisasi akan berperilaku etis terhadap
individu dengan memberikan upah yang sesuai dengan kinerjanya.
Seringkali para eksekutif perusahaan dihadapkan pada
suatu dilema yang menekannya, seperti misalnya harus mengejar kuota penjualan,
menekan ongkos-ongkos, peningkatan efisiensi dan bersaing. Di pihak lain
eksekutif perusahaan juga harus bertanggung
jawab terhadap lingkungan bisnis seperti publik dan konsumen agar kualitas
produk terjaga dan harga produk terjangkau. Di sini nampak terdapat dua hal
yang bertentangan harus dijalankan misalnya, menekan ongkos dan efisiensi
tetapi harus tetap meningkatkan kualitas produk. Eksekutif perusahaan harus
pandai mengambil keputusan etis yang tidak merugikan perusahaan. Apabila
organisasi mempunyai etika bisnis yang baik maka lingkungan bisnis juga akan
bertindak baik juga. Sebagai contoh, konsumen akan selalu setia terhadap
perusahaan.
Dalam bekerja, individu harus memiliki tanggung jawab
moral terhadap hasil pekerjaannya dengan menjaga kehormatan profesinya. Bahkan
beberapa profesi memiliki kode etik tertentu dalam pekerjaan. Seperti misalnya,
dokter, apoteker, banker. Kode etik ini dapat digunakan untuk menjaga hubungan
dengan lingkungan bisnis. Jika individu dapat menjaga kode etik tersebut maka
lingkungan bisnis (masyarakat) akan menghormati individu tersebut. Perilaku
yang dilakukan oleh ketiga pelaku bisnis tentu saja harus bersifat etis
sehingga saling menguntungkan satu sama lain.
V.
Etika
dan Pelestarian Lingkungan
Pada umumnya, masalah etika selama
ini hanya dipahami sebatas pengaruh perilaku manusia terhadap manusia lainnya.
Baik teori deontologi (teori kewajiban), teori teleologi (teori konsekuensi/
akibat), maupun teori otonom (kepercayaan kepada Tuhan, kekuatan transendental,
potensi tak terbatas), semuanya lebih banyak menyorot etika dari sudut pandang
manusia sebagai satu-satunya pusat pertimbangan moral, yang menurut istilah
Frankena disebut sebagai moral patient (dalam Alois A. Nugroho, 2001).
Secara deontologis, perilaku etis
hanya dilihat dari sudut pandang manusia, yaitu sejauh mana setiap orang
menghargai, mempertimbangkan, memelihara, dan memberdayakan umat manusia sesuai
dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Secara teleologis, perilaku etis
juga hanya menyorot kepentingan umat manusia dilihat dari konsekuensi atau
akibat dari setiap keputusan dan tindakan manusia terhadap manusia lainnya.
Teori teleologi melihat sejauh mana keputusan dan tindakan tersebut
menguntungkan atau merugikan manusia lainnya. Secara teonomis, pemaknaan ajaran
agama juga dilihat semata-mata dari sudut pandang manusia sebagai pusat
perhatian, dalam hubungannya antara manusia dengan Tuhan atau kekuasaan tak
terbatas, dan sejauh mana umat manusia telah beriman dan menaati
perintah-perintah Tuhan sebagaimana diwahyukan dalam setiap kitab suci dalam
upaya mencapai kehidupan bahagia di surga.
Etika tentang peleestarian
lingkungan adalah hubungan dan keterkaitan antara manusia dengan alam dan
pengaruh tindakan manusia terhadap kerusakan lingkungan-baru mulai disadari
pada paruh kedua abad ke-20, bersamaan dengan pesatnya pertumbuhan bisnis
modern dengan dukungan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kesadaran ini
mulai muncul setelah ada indikasi bahwa pertumbuhan ekonomi global yang
ditulang punggungi oleh perusahaan-perusahaan raksasa berskala global
(perusahaan-perusahaan multinasional) telah mulai mengancam eksistensi bumi.
Industri modern memberikan kemakmuran material yang tak tertandingi sepanjang
sejarah, namun juga menciptakan ancaman-ancaman lingkungan yang menakutkan baik
bagi kita dan juga generasi-generasi berikutnya. Teknologi yang memungkinkan
kita memanipulasi dan mengendalikan alam ternyata juga mencemari lingkungan dan
dengan cepat menghabiskan persediaan sumber daya. Sebagaimana dikatakan oleh
Bertens (2001), pertumbuhan ekonomi global saat ini telah memunculkan enam
persoalan lingkungan hidup, yaitu :
a. Akumulasi
Bahan Beracun
Sudah bukan rahasia
lagi bahwa pabrik – pabrik yang berdiri selama ini umumnya membuang limbahnya
ke dalam saluran – saluran yang pada akhirnya mengalir ke sungai – sungai dan
laut. Berbagai kasus pencemaran air akibat limbah beracun sering kali muncul di
media massa sehingga sudah menjadi berita biasa saja.
b. Efek
Rumah Kaca (Greenhouse Effect)
Para ahli mengatakan
bahwa salah satu penyebab terjadinya pemanasan global adalah akibat efek rumah
kaca. Hawa panas yang diterima bumi dari sinar matahari terhalang dan
terperangkap tidak dapat keluar dari atmosfer bumi tersebut, di antaranya
berupa karbon dioksida(CO2), metana (CH4), ozon (O3), nitrogen dioksida (NOx)
dan chloro-fluoro-carbon (CFC).
Gas polutan penyebab
pemanasan global sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil
(minyak bumi dan batubara), yang saat ini masih menjadi sumber energi terbesar
di dunia untuk industri, transportasi, dan keperluan rumah tangga. Gas metana
berasal dari pembakaran sampah kota dan CFC yang banyak digunakan untuk
penyejuk ruangan (AC), kulkas, industri plastik, dan sebagai gas pendorong pada
aerosol.
c. Perusakan
Lapisan Ozon
Kegunaan lapisan ozon
bagi bumi dan seluruh isinya adalah untuk melindungi semua kehidupan di bumi
dari sinar ultraviolet yang dipancarkan oleh sinar matahari. Ada laporan bahwa
bukan saja terjadi penipisan lapisan ozon, tetapi juga telah terjadi perobekan
sehingga menimbulkan lubang pada bagian tertentu dari lapisan ozon tersebut.
Penyebab utama dari kerusakan lapisan ozon ini adalah gas polutan yang disebut
chloro-fluoro-carbon (CFC).
d. Hujan
Asam
Perlombaan pendirian pabrik
– pabrik di banyak kawasan industri oleh hampir semua negara demi memacu
pertumbuhan ekonomi tanpa disertai program pengendalian limbah asap telah
mengakibatkan banyak volume asap hitam pekat yang terus menerus dimuntahkan
dari cerobong – cerobong pabrik tersebut. Asap tebal yang berwarna hitam pekat
ini kemudian menyatu dengan udara dan awan, yang pada gilirannya menurunkan
hujan asam (acid rain) ke bumi di sekitar awan tersebut. Hujan asam ini
ternyata sangat berbahaya bagi kehidupan di bumi. Bila ini terus berlangsung,
maka hujan itu dapat merusak hutan, mencemari air dan bahkan merusak bangunan –
bangunan.
e. Deforestasi
dan Pengguguran
Hutan sebenarnya
mempunyai fungsi dan kegunaan yang sangat besar untuk kepentingan lingkungan
hidup dan untuk menjamin kelangsungan dan kelestarian bumi dan seluruh isinya.
Fungsi dan kegunaan hutan antara lain menjadi unsur penting dalam mata rantai
proses transformasi awan menjadi hujan; menjaga konservasi/reservoir air tanah;
mencegah erosi; menyerap gas karbon dioksida sehingga mengurangi bahan polutan
yang mencemari udara dan atmosfer bumi; konservasi beragam spesies flora dan
fauna; sebagai sumber bahan makanan, minuman, obat-obatan, dan kebutuhan hidup
lainnya baik yang sudah diketahui manfaatnya maupun yang belum; dan sekaligus
membentuk mata rantai beragam kehidupan guna menunjang kesimbangan ekosistem.
Hutan juga menghasilkan kayu, rotan dan jenis hasil hutan lainnya yang
mempunyai nilai ekonomis sangat tinggi. Mengetahui bahwa hutan menyimpan harta
karun terpendam dan didukung oleh keserakahan umat manusia untuk mengumpulkan
kekayaan, maka manusia dengan dukungan teknologi maju mulai berlomba – lomba
memburu kayu dan berbagai jenis hasil hutan lainnya. Konsekuensi logis dari
eksploitasi hutan tak terkendali ini adalah timbulnya penyempitan areal hutan
serta perusakan hutan yang masih tersisa. Pengalihan lahan hutan untuk
dijadikan areal perkebunan secara besar – besaran oleh para pemodal besar -
apalagi pengalihan lahan dilakukan dengan cara membakar hutan demi alasan
penghematan biaya – makin mempersempit areal hutan dan makin memperparah
kerusakan hutan yang ada.
f. Keanekaragaman
Hayati
Keanekaragaman hayati
(biodinersity) adalah keragaman berbagai bentuk dan jenis kehidupan di bumi
ini. Keanekaan hayati ini di samping mencerminkan keindahan dan menunjukkan
kekayaan alam, juga berfungsi sebagai unsur – unsur dalam mata rantai kehidupan
yang membentuk satu kesatuan sistem kehidupan yang utuh, sekaligus menjaga
keseimbangan alam sebagai suatu sistem.
Namun dengan terjadinya
pencemaran lingkungan, perusakan hutan, dan pemansan globaal, secara pasti
telah menyebabkan berkurangnya populasi jenis-jenis kehidupan tertentu. Bahkan
tidak mustahil jenis – jenis kehidupan tertentu telah punah di muka bumi.
Persoalan
etika selama ini hanya dibahas sebatas hubungan dan pengaruh suatu keputusan
dan tindakan seseorang terhadap orang lain. Dalam bahasa kebudayaan, paradigma
(pola pikir) etika yang hanya berpusat kepada manusia disebut
“antroposentrime”. Alois A. Nugroho (2001) mengatakan bahwa antroposentrisme
merupakan suatu paradigma di mana kepekaan dan kepedulian yang pada dasarnya
beranggapan bahwa hanya manusia dari semua generasi -termasuk generasi –
generasi yang belum lahir – yang dianggap sebagai moral patients. Pola pikir seperti ini jelas mengabaikan faktor
lingkungan di luar manusia, seperti : binatang, tumbuh-tumbuhan, cuaca,
benda-benda tak bernyawa, dan sebagainya.
Sebagaimana
telah diuraikan sebelumnya, berbagai isu lingkungan hidup tidak dapat lagi
diabaikan bila ingin memahami dan menyadari bahwa perilaku manusia juga
berpengaruh terhadap keberadaan bumi beserta seluruh isinya, bukan hanya
menentukan keberadaan umat manusia saja. Sehubungan dengan hal ini, ada
beberapa paradigma (cara pandang/pola pikir) yang berkembang dalam memahami
etika dalam kaitannya dengan isu lingkungan hidup.
1. Etika
kepentingan generasi mendatang, yang memandang bahwa suatu keputusan dan
tindakan hendaknya jangan hanya memikirkan kepentingan umat manusia pada
generasi saat ini saja, tetapi juga kepentingan umat manusia pada
generasi-generasi mendatang. Pandangan ini sering dikaitkan dengan upaya
manusia dalam mengeksploitasi sumber daya alam (tambang) yang sifatnya tidak
dapat diperbarui (nonrenewable). Pandangan ini masih tergolong antroposentrisme
karena suatu keputusan dan tindakan dalam mengelola sumber daya alam hanya
dilihat dari sudut kepentingan manusia saja, sedangkan sumber daya alam atau
lingkungan hanya bersifat instrumental; artinya hanya dilihat dalam konteks manfaat
bagi umat manusia.
2. Etika
lingkungan biosentris, yang memandang perilaku etis bukan saja dari sudut
pandang manusia, tetapi juga dari sudut pandang nonmanusia (flora, fauna, dan
benda-benda bumi non-organisme) sebagai satu kesatuan sistem lingkungan (ecosystem).
Etika lingkungan biosentrismemperluas wilayah kesadaran, kepekaan, dan
kepedulian umat manusia untuk memandang seluruh spesies, seluruh jenis
kehidupan, dan seluruh benda yang ada di bumi dan alam semesta ini sebagai
elemen yang semuanya mempunyai hak untuk hidup dan berada, terlepas dari ada
tidaknya kegunaan dan keindahannya bagi manusia. Semua kehidupan dan benda di
bumi mempunyai nilai intrinsik pada dirinya sendiri.
Walaupun
etika lingkungan biosentris ini telah memperluas paradigma tentang etika sampai
ke unsur nonmanusia, tetap saja terdapat perbedaan penafsiran tentang batasan
dan lingkup elemen nonmanusia tersebut. Perbedaan penafsiran ini dapat
dikemukakan antara lain:
a. Yang
dianggap sebagai nonmanusia sehingga dapat dianggap dan diperlakukan sebagai
moral patients adalah binatang (fauna). Hal ini antara lain diungkapkan oleh
G.J. Warnock dan Richard Rorty.
b. Yang
dianggap sebagai nonmanusia adalah seluruh jenis tumbuh-tumbuhan (flora) dan
binatang (fauna). Hal ini antara lain diungkapkan oleh Albert Schweitzer.
c. Yang
dianggap sebagai nonmanusia adalah semua jenis binatang (fauna),
tumbuh-tumbuhan (flora), dan benda-benda non-organisme. Hal ini antara lain
diungkapkan oleh Charles Birch.
3. Etika
ekosistem (ecosystem) menganggap Sang Pencipta (Tuhan) dan seluruh ciptaannya
(bumi dan seluruh isinya, sistem tata surya, sistem galaksi, dan sistem alam
jagat raya) dianggap sebagai moral patients. Etika dalam hal ini dipahami dalam
arti luas dan terpadu antara Pencipta dengan seluruh ciptaannya, mirip dengan
teori etika Nafis yang mencakup: psiko etika, sosio etika, dan teo etika.
VI.
Tanggung
Jawab Sosial dan Etika Bisnis
Etika
bisnis merupakan penerapan tanggung jawab sosial suatu bisnis yang timbul dari
dalam perusahaan itu sendiri. Bisnis akan selalu berhubungan dengan
masalah-masalah eika dalam melakukan kegiatannya sehari-hari. Hal ini dapat
dipandang sebagai etika pergaulan bisnis. Seperti halnya dengan manusia pribadi
juga memiliki etika pergaulan antarmanusia, maka pergaulan bisnis dengan
masyarakat umum juga memiliki etika pergaulan yaitu “etika pergaulan bisnis”.
Apabila dalam pergaulan antarmanusia akan terjadi pergaulan atau hubungan
antara anak dengan orangtua, antara murid dengan gurunya, antara mahasiswa
dengan dosennya, antara seseorang dengan tetangganya, dan antara pemakai jalan
yang satu dengan pemakai jalan yang lainnya dan sebagainya. Etika pergaulan bisnis
dapat meliputi beberapa hal antara lain :
1. Hubungan
antara Bisnis dengan Langganan atau Konsumen
Hubungan
ini merupakan hubungan yang paling banyak dilakukan. Dalam hal mempertahankan pelanggan/konsumen sulit
untuk dilakukan, tapi dengan etika pergaulan yang baik perusahaan dapat
mempertahankan pelanggan. Tanggung jawab kepada pelanggan jauh lebih luas dari
pada hanya menyediakan barang atau jasa. Perusahaan mempunyai tanggung jawab
ketika memproduksi dan menjual produk. Dalam praktik tanggung jawab yang
meliputi :
a. Tanggung Jawab Produksi
Produk harus diproduksi dengan
keyakinan menjaga keselamatan pelanggan. Label peringatan harus ada guna
mencegah kecelakaan karena salah dalam penggunaan dan adanya efek samping.
b. Tanggung Jawab Penjualan
Perusahaan tidak perlu melakukan strategi penjualan yang
terlalu agresif atau iklan yang menyesatkan. Perlu survey kepuasan pelanggan,
dimana yang bersangkutan diperlakukan sebagaimana mestinya.
Menjamin tanggung jawab
sosial kepada pelanggan dapat dilakukan dengan cara :
a.
Menciptakan kode etik
Kode etik ini bertujuan
untuk memberikan serangkaian petunjuk untuk kualitas produk.
b.
Memantau keluhan
pelanggan
Perusahaan harus dapat
mencari sumber-sumber keluhan dari pelanggannya. contohnya dengan menyediakan
call center untuk dapat dihubungi oleh pelanggan.
c.
Umpan balik pelanggan
Meminta pelanggan untuk memberi umpan balik atas barang/jasa yang mereka
beli walaupun selama ini tidak ada
keluhan. Contohnya
dengan menyebarkan kuisioner kepada pelanggan.
Pelanggan merupakan hal terpenting dalam perusahaan,
karena pelanggan yang memakai produk perusahaan. Secara tidak langsung
pelanggan menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Oleh
karena itu, bisnis haruslah menjaga etika pergaulannya secara baik terhadap pelanggan.
2. Hubungan
dengan Karyawan
Manajer
yang pada umumnya selalu berpandangan untuk memajukan bisnisnya seringkali
harus berurusan dengan etika pergaulan dengan karyawannya.
Perusahaan
mempunyai tanggung jawab kepada karyawannya untuk meyakinkan atas rasa aman,
perlakuan yang wajar dari karyawan lain dan kesempatan sama.
a.
Rasa
aman para karyawan
Perusahaan harus dapat meyakinkan
karyawan agar dapat merasa aman dan nyaman dalam bekerja. Contoh dengan
melakukan pengecekan mesin setiap hari, penggunaan peralatan safety dalam bekerja
dan lain-lain.
b.
Perlakuan
layak oleh karyawan lain
Perusahaan bertanggung jawab
meyakinkan dan menjamin para karyawan untuk dapat diperlakukan layak oleh
karyawan lain. Dua kunci isu mengenai perlakuan terhadap karyawan adalah
beraneka ragam etnis dan perlindungan terhadap pelecehan seksual.
c.
Kesempatan
yang sama
Perusahaan tidak membeda-bedakan suku, ras, jenis
kelamin, agama, ataupun negara untuk dapat menerima karyawan saat melamar/pada
saat naik jabatan.
Untuk
meyakinkan bahwa karyawan menerima perlakuan yang layak, beberapa perusahaan menciptakan prosedur keluhan untuk karyawan
yang merasa bahwa mereka tidak diberi kesempatan yang sama. Keluhan ditangani
oleh seseorang atau departemen/bagian/seksi yang ditunjuk perusahaan.
3. Hubungan
Antarbisnis
Hubungan
ini merupakan hubungan antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain.
Hal ini bisa terjadi hubungan antara perusahaan dengan pesaing, penyalur,
grosir, pengecer, agen maupun distributor. Dalam kegiatan sehari-hari tentang
hubungan tersebut sering terjadi benturan-benturan kepentingan antarkeduanya.
Dalam hubungan itu tidak jarang dituntut adanya etika pergaulan bisnis yang
baik. Sebagai contoh adalah adanya perebutan tenaga kerja ahli atau manajer
profesional oleh para pengusaha, persaingan harga yang saling menjatuhkan dan
sebagainya.
4. Hubungan
dengan Investor
Perusahaan
yang berbentuk perseroan terbatas dan terutama yang akan atau telah “Go Public”
haruslah menjaga pemberian informasi yang baik dan jujur dari bisnisnya kepada
para investor atau calon investornya. Informasi yang tidak jujur akan
menjerumuskan para investor untuk mengambil keputusan investasi yang keliru.
Dalam hal ini perlu mendapat perhatian yang serius karena dewasa ini di
Indonesia sedang mengalami lonjakan kegiatan pasar modal. Banyak permintaan
dari para pengusaha yang ingin jadi emiten yang akan menjual sahamnya
(mengemisi sahamnya) kepada masyarakat. Di pihak lain masyarakat sendiri juga
sangat berkeinginan untuk menanamkan uangnya dalam bentuk pembelian saham ataupun
surat-surat berharga yang lain yang di emisi oleh perusahaan di pasar modal.
Oleh karena itu, calon pemodal yang ingin membeli saham harus diberi informasi
secara lengkap dan benar terhadap prospek perusahaan go publik tersebut. Dalam
hal ini, peranan pemerintah serta perusahaan penjamin emisi (pialang) sangat
penting dalam hal memberikan informasi serta prospektus dari perusahaan yang
menjual sahamnya di pasar bursa saham tersebut. Hal ini untuk mencegah
terjadinya manipulasi terhadap informasi tentang hal tersebut.
5. Hubungan
dengan Lembaga-Lembaga Keuangan
Hubungan
dengan lembaga keuangan terutama jawatan pajak, pada umunya merupakan hubungan
pergaulan yang bersifat finansial. Hubungan ini merupakan hubungan yang
berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan. Laporan finansial tersebut harus
disusun secara baik dan benar, sehingga tidak terjadi kecenderungan ke arah
penggelapan pajak. Keadaan tersebut merupakan tika pergaulan bisnis yang tidak
baik. Pelaksanaan tanggung
jawab sosial suatu bisnis merupakan penerapan dan pelaksanaan kepedulian bisnis
terhadap lingkungan, baik lingkungan alam, teknologi, ekonomi, sosial, budaya,
pemerintah maupun masyarakat internasional. Bisnis yang menerapkan
tanggungjawab sosial itu merupakan bisnis yang menjalankan etika bisnis,
sedangkan bisnis yang tidak melaksanakan tangugungjawab sosial itu merupakan
bisnis yang melaksanakan praktik bisnis yang tidak etis.
No comments:
Post a Comment